PEMIMPIN
MUSLIM VS NON MUSLIM
Manakah yang
mesti dipilih jika ada dua pilihan. Ada calon pemimpin yang muslim namun suka
bermaksiat, ataukah non muslim yang dikatakan bersih dan adil?
Yang jelas,
bagi umat islam tidak pantas non muslim menguasai rakyat yang mayoritas muslim.
Kenapa demikian?
QS. An-Nisa' [4] : 89
وَدُّوا۟
لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟
مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن
تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا
تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka
telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah
kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah
pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana
saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka
menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,
QS. An-Nisa' [4] : 139
ٱلَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ
أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلْعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
(yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
QS. Al-Ma'idah [5] : 51
۞ يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ
مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Karena
Allah SWT sudah jelas menyampaikan dari firman-firmannya, Allah SWT sudah jelas melarangnya. Islam itu tinggi, artinya di
atas, bukan di bawah, bukan berada dalam kekuasaan non muslim. Sangat tidak
pantas Islam yang mulia ini malah dikuasai oleh non muslim.
Lantas manakah yang lebih baik? Memiliki
pemimpin muslim namun kerap korupsi ataukah pemimpin non muslim yang jujur,
adil dan anti korupsi?
Syarat pemimpin Ideal dalam Islam.
Dalam buku Al Qur’an dan
Kenegaran : Tafsir Al Qur’an Tematik, kata pemimpin dalam Al Qur’an terdapat
dalam enam macam, yaitu khalifah, amir, ulu al-amr, imam, sultan, mulk, dan
awliya.
1. Beriman
dan bertaqwa
2. Sehat
jasmani dan rohani, jujur serta memiliki kemampuan.
3. Adil
dan professional
4. Bertanggung
jawab dan amanah
5. Berani
dan tegas
6. Cinta
kebenaran dan musyawarah
Kalau kita bandingkan saat mesti memilih antara pemimpin muslim
yang gemar maksiat dengan pemimpin non muslim yang jujur dan adil, maka tetap
saja pemimpin muslim lebih utama untuk dijadikan pilihan. Mudaratnya tentu
lebih ringan. Apa alasannya?
Alasan pertama, kita tidak boleh mengambil pemimpin dari orang
kafir. Alasan kedua, kita akan lebih mudah dalam menjalani agama karena pemimpin
semacam itu lebih mengerti akan kebutuhan kaum muslimin. Alasan ketiga, non
muslim tidak mudah menindas kaum muslimin atau menyebar ajaran mereka.
Kezaliman yang dilakukan oleh pemimpin muslim
misalnya dengan korupsi, itu adalah kesalahannya. Ia akan dimintai
pertanggungjawaban di sisi Allah atas tindak jeleknya. Namun agama kita pasti
akan lebih selamat dan orang muslim pun akan peduli pada sesama saudaranya.
Beda halnya dengan non muslim. Muslim yang bermaksiat masih lebih mending,
berbeda dengan non muslim yang diancam akan kekal di neraka.
Jadi bagi yang masih mengatakan pemimpin non
muslim itu lebih baik, berpikirlah dengan nalar yang baik dan banyak mengkaji
ayat-ayat Al Qur’an. Lihatlah bagaimana Allah menyebut non muslim dalam
ayat berikut ini,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ
فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah: 6). Ini firman Allah loh yang
tidak mungkin keliru. Beda kalau tidak percaya akan wahyu.
Loyalitas seorang muslim haruslah kepada sesama muslim bukan
kepada yang berlawanan agama dengannya. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم
مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
(QS. Al Maidah: 51)
Dalam ayat lain disebutkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاء
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS. Al Mumtahanah:
1)
Marilah kaum muslimin melihat realita yang terjadi. Cobalah
renungkan sejenak, bagaimana nasibnya nanti jika akhirnya pemimpin non muslim
yang akan maju sebagai pewaris kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar