Selasa, 08 November 2016

CATATAN SEORANG DEMONSTRAN


Judul Buku      : Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran
Penulis             : Soe Hok Gie
Penyunting      : Ismid Haddad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, Ismet Nasir dan Daniel Dhakadie
Penerbit           : Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta
Tahun Terbit   : April 2011
Tebal               : xxx + 385 Halaman
ISBN               : 978-979-3330-33-3
Harga              : Rp. 60.000


Buku ini menceritakan seorang pemuda bernama Soe Hok Gie. Lahir 17 desember 1942 di Jakarta anak keempat dari lima bersaudara, kakak kandungnya bernama Soe Hok Djin (Arif Budiman) adalah seorang dosen dan sosiolog. Ayahnya Soe Lie Piet (Salam Sutrawan) adalah seorang penuis. Ia adalah seorang pemuda yang berpendirian tetap dalam memegang prinsipnya dan bercita-cita besar tak hanya untuk dirinya tapi juga untuk kepentingan orang banyak terutama kaum terpinggirkan. 
Gie adalah seorang anak muda yang berpendirian teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harianya. Lahir keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia. Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama. Gie salah satu tokoh pendiri organiasi pencinta alam Mapala UI. 16 desember 1969 sehari sebelum hari ulang tahunya ke-27 Gie menghadap penciptanya di puncak gunung Semeru bersama temanya Idhan Lubis. Saat itu Gie melakukan pendakian gunung bersama 7 temanya, yaitu Herman Lantang, Anton Wiyan, A. Rahman, Rudi Badil, Aristides Katopo.
Gie merupakan penulis yang cukup produktif, terutama untuk Harian Kompas dan Sinar Harapan. Gie sangat mencintai gunung, terbukti dengan puisi-puisi yang dibuatnya kebanyakan menceritakan tentang kecintaanya terhadap gunung. Setiap Gie merasa penat dia selalu melampiaskan dengan mendaki gunung, terutama gunung Pangrango.
Dengan buku ini kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana kondisi social politik Indonesia di era kepemimpinan Soekarno. Gie adalah seorang pemuda yang memang terlahir jeniu, terbukti dengan umurnya yang masih setara sekolah menengah pertama, ia sudah banyak membaca buku-buku yang kebanyakan anak seusianya belum membaca buku-buku tersebut, terutama buku jenis sastra. Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1983. Pada era ini kritikanya terbilang cukup berani, karena secara terbuka melalui media masa dan diskusi.
Buku ini menceritakan pandangan-pandangan orang lain tentang diri Soe Hok Gie, diantaranya dekan fakultas satra UI semasa Gie masih menjdi mahasiswa UI Harsja W Bahtiar, Arif Budiman (Soe Hok Djin), Daniel Dhakidae. Di bagian ini Arif Budiman bercerita bahwa sebelum adiknya meninggal sempat berbicara padanya “ Akhir-akhir ini saya selalu berfikir, apa gunanya semua yang saya lakukan. Saya menulis, menulis kritik kepada semua orang yang saya anggap tidak benar dan sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan seakin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan, jadi apa sebearnya yang saya lakukan? Saya ingin menlong rakyat kecilyang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah untuk apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang-kadang saya sungguh merasa kesepian.”
Kemudian Harsja w. Bachtiar juga mengungkapkan “ Ditengah-tengah pertentangan politik agama, kepentingan golongan, ia tegak berdiri diatas prinsip perikemanusiaan dan keadilan  dan secara jujur dan berani menyampaikan kritik-kritik secara jujur demi kemajuan bangsa. Karena itu kami mendukung dan akan meneruskan cita-cita dan ide-idenya”

Kelebihan  :
Dimulai pada 24 Februari 1968 bercerita tentang perjalananya ke Amerika, pesta politik n cinta serta perjlanan mencari makna merupakan perjalanan kehidupan sehari-hari Gie yang melukiskan pengalman, kejadian, pendapat gejolak perasaan dalam dirinya yang tek pernah luput dari kesenangan, kesedihan, cinta, benci dan kecewa. Kelebihan buku ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam buku ini tentang social plitik, terutama tentang sejarah kondisi duni mahasiswa Indonesia dan sisi lain kepemimpinan Presiden Soekarno. Dan juga tentang cerminan bagaimana mahasiswa Indonesia saat ini yang sudah jauh dari kata kritisasi. Yang hanya mau digiring oleh konsep pendidikan yang sebenarnya tidak mendukung seorang mahasiswa untuk berkembang. Tentang pentingnya pengetahuan moral etika dalam berpolitik dan berkehidupan social.
Kekurangan :

            Kekuragan buku ini ialah catetan yang tidak komplit sehingg alur cerita terpotong-potong. Terkait dengan hilangnya beberapa bagian naskah asli catatan Soe Hok Gie yang sampai sekarang belum jelas kemana . Ada indikasi sengaja dihilangkan oleh oknum penguasa pada masa itu karena muatan tulisanya yang berisi kritikan tajam utuk orde yang berkuasa saat itu. Banyak Istilah asing yang digunakan, sehingga membuat pembaca jadi tidak bersemangat untuk meneruskan membaca ketika menemukan istilah sulit. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar