Senin, 27 Februari 2017

Kampus tidak aman, salah siapa?

KAMPUS TIDAK AMAN, SALAH SIAPA?
Keamanan dan kenyamanan menjadi faktor yang sangat penting bagi instansi pendidikan, apalagi instansi tersebut adalah Perguruan Tinggi. Kemanan dan kenyamanan memang harus terintegrasi secara jelas bagi Perguruan Tinggi, sehingga dihasilkan suasana akademis yang sangat ideal. Namun pada kenyataannya akhir-akhir ini di Kampus II UIN Walisongo Semarang banyak terdapat kasus kehilangan barang. Seperti kasus kehilangan helm di parkiran sepeda motor, kasus kehilangan barang-barang di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa, dan kasus hilangnya tas yang tertinggal di motor.
Padahal kampus yang aman menjadi dambaan kita semua. Kita semua berharap keamanan kampus bisa lebih ketat, agar mahasiswanya tidak risau ketika berada di lingkungan kampus. Seperti tempat parkir, yang justru menjadi sasaran empuk bagi pencuri. Kemudian, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa yang seharusnya menjadi pusat aktifitas mahasiswa, dan tempat untuk menyimpan barang-barang keperluan kegiatan mahasiswa, sudah tidak aman lagi karena barang-barang tersebut sering hilang. Dalam hal ini yang menjadi permasalahan apakah dari pihak kemanan kampus, atau kurang ketatnya sistim kemanan kampus, ataupun bahkan bisa jadi dari kelalaian mahasiswa itu sendiri.
Dalam essay ini, penulis akan membahas mengenai penilaian mahasiswa terhadap keamanan Kampus II Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.  Penulis akan memaparkan beberapa pernyataan mengenai kualitas kemanan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Essay ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian mahasiswa terhadap keamanan Kampus II Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Terbentuknya persepsi dimulai dengan pengamatan yang melalui proses hubungan melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan menerima sesuatu hal yang kemudian seseorang menseleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya menjadi suatu gambaran yang berarti. Terjadinya pengamatan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan sikap seseorang dari individu. Dan biasanya persepsi ini hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak bagi orang lain. Selain itu juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup dapat berubah sesuai dengan perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan, dan sikap dari seseorang baik laki-laki maupun perempuan.[1]
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan merupakan topik yang luas termasuk keamanan nasional terhadap serangan teroris, keamanan computer terhadap hacker atau cracker, keamanan rumah terhadap maling dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran ekonomi dan banyak situasi berhubungan lainnya. Jenis keamanan ada beberapa macam, seperti keamanan fisik, keamanan informasi, keamanan komputer, keamanan finansial.
Dalam upaya mencapai tujuan penelitian, yakni mengetahui penilaian mahasiswa terhadap keamanan di Kampus II Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, penulis menggunakan metode kuantitatif. Sumber data yang akan digunakan adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang ada di kampus II dengan jumlah responden yang akan digunakan sebagai sumber data adalah 30 orang.
Data akan dikumpulkan dengan penyebaran angket. Adapun analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisis data dengan cara mendeskripsikan data sebagaimana adanya.
Pada penelitian ini terdapat 5 indikator yaitu:
a.    Fasilitas
1.      Sudah tersedianya rambu-rambu  peringatan di tempat parkir
2.      Fasilitas CCTV sudah membantu untuk melacak kasus pencurian
3.      Lingkungan parkir sudah aman
4.      Keamanan kampus sudah memuaskan
b.   Fungsi
1.      Kinerja satpam sudah bagus
2.      Kurang adanya patroli dari pihak keamanan
3.      Keperdulian petugas keamanan terhadap masalah keamanan kampus sudah bagus
c.    Jumlah
1.      Jumlah petugas satpam sudah mencukupi
2.      Jumlah CCTV di kampus sudah mencukupi
d.   Penanganan
1.      Cara penanganan setelah terjadi pencurian sudah efektif
2.      Petugas keamanan sudah sigap dalam menangani kasus pencurian
3.      Peraturan keamanan di kampus sudah efisien
e.    Faktor
1.      Akses masuk yang mudah menjadi factor lemahnya keamanan kampus
2.      Mahasiswa lalai dalam menjaga barang-barangnya
3.      Kurangnya kesadaran mahasiswa dalam memperhatikan keamanan kampus
Mahasiswa FITK 53% kurang puas dengan tersedianya rambu-rambu peringatan yang ada di tempat parkir. Hal ini dibuktikan dengan 16 dari 30 responden memilih opsi kurang setuju pada angket. Mereka juga tidak puas dengan fasilitas CCTV yangs eharusnya membantu untuk melacak kasus pencurian. Selain itu, mereka juga kurang puas dengan lingkungan parkir yang seharusnya aman. Ini menunjukkan bahwa menurut 73% dari 30 responden menyatakan bahwa keamanan kampus belum memuaskan.
Sekitar 50 % mahasiswa FITK setuju jika kinerja dari satpam sudah bagus. Dan 73% juga setuju jika kurang adanya patrol dari pihak keamanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 43% responden kurang setuju jika petugas keamanan sudah perduli terhadap masalah keamanan di kampus.
Jumlah petugas satpam sudah mencukupi, ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 50% dari responden setuju dengan hal ini. Namun untuk jumlah CCTV yang ada di kampus belum mencukupi, karena sekitar 60% dari responden kurang setuju dengan hal tersebut.
Untuk masalah penanganan setelah terjadi pencurian, menurut 60% responden menyatakan kurang memuaskan. Dan 70% dari 30 responden juga menyatakan bahwa petugas keamanan belum sigap dalam menangani kasus pencurian yang ada di kampus. Kemudian sekitar 60% dari 30 responden menyatakan jika peraturan keamanan di kampus belum efisien.
Menurut para responden, 57% setuju bahwa akses masuk yang mudah menjadi factor lemahnya keamanan kampus. Kemudian 73% responden setuju bahwa dengan akses masuk yang mudah menyebabkan mahasiswa lalai dalam menjaga barang-barangnya. Tidak menutup kemungkinan juga, kurangnya kesadaran dari mahasiswa dalam memperhatikan keamanan kampus juga mengakibatkan lemahnya keamanan di kampus. Hal ini di buktikan dengan 73% responden  setuju dengan pernyataan tersebut.
Gagasan:
Melihat dari beberapa faktor penyebab lemahnya keamanan kampus untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya tindakan kriminal. Sebaiknya pihak kampus melakukan perbaikan terhadap sarana prasarana yang ada di lingkungan kampus, diantaranya pengadaan CCTV disertai dengan tenaga teknisnya, menambah penerangan, serta pengaturan tata letak parkir serta menambah peranan satuan pengaman dan juga perlengkapan tugas, lebih diperketat merupakan salah satu upaya untuk menangani permasalahan yang ada di lingkungan kampus.
Perlu juga dibuat parkiran yang terintegrasi dengan teknologi. Karena jika hanya mengandalkan menggunakan satpam, tidak dapat kita pungkiri pasti akan sering terjadi human error, kemudian kemampuan kemampuan jelajah pengawasan manusia secara manual sangat terbatas maka perlu dibantu dengan menggunakan teknologi yang tepat adalah dengan menggunakan speedy monitoring untuk pengawasan secara berkala dengan jangkauan yang lebih luas.
Sebagai kesimpulan, beberapa mahasiswa di UIN Walisongo Semarang terutama mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) merasa kurang puas terhadap sistem keamanan yang ada di lingkungan kampus mereka. Ada beberapa mahasiswa mengeluhkan tentang barang mereka yang hilang, seperti halnya kehilangan helm, laptop, tas beserta isinya.




  16 Desember 2016 pada pukul 13.57 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar