KAMPUS TIDAK AMAN, SALAH SIAPA?
Keamanan
dan kenyamanan menjadi faktor yang sangat penting bagi instansi pendidikan, apalagi
instansi tersebut adalah Perguruan Tinggi. Kemanan dan kenyamanan memang harus
terintegrasi secara jelas bagi Perguruan Tinggi, sehingga dihasilkan suasana
akademis yang sangat ideal. Namun
pada kenyataannya akhir-akhir ini di Kampus II UIN Walisongo Semarang banyak
terdapat kasus kehilangan barang. Seperti kasus kehilangan helm di parkiran
sepeda motor, kasus kehilangan barang-barang di gedung Pusat Kegiatan
Mahasiswa, dan kasus hilangnya tas yang tertinggal di motor.
Padahal kampus
yang aman menjadi dambaan kita semua. Kita semua berharap keamanan kampus bisa
lebih ketat, agar mahasiswanya tidak risau ketika berada di lingkungan kampus.
Seperti tempat parkir, yang justru menjadi sasaran empuk bagi pencuri. Kemudian,
gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa yang seharusnya menjadi pusat aktifitas mahasiswa,
dan tempat untuk menyimpan barang-barang keperluan kegiatan mahasiswa, sudah
tidak aman lagi karena barang-barang tersebut sering hilang. Dalam hal ini yang
menjadi permasalahan apakah dari pihak kemanan kampus, atau kurang ketatnya
sistim kemanan kampus, ataupun bahkan bisa jadi dari kelalaian mahasiswa itu
sendiri.
Dalam essay ini, penulis akan membahas mengenai
penilaian mahasiswa terhadap keamanan Kampus II Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang. Penulis akan
memaparkan beberapa pernyataan mengenai kualitas kemanan Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang. Essay ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana
penilaian mahasiswa terhadap keamanan Kampus II Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang.
Terbentuknya persepsi dimulai dengan
pengamatan yang melalui proses hubungan melihat, mendengar, menyentuh,
merasakan, dan menerima sesuatu hal yang kemudian seseorang menseleksi,
mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya menjadi
suatu gambaran yang berarti. Terjadinya pengamatan ini dipengaruhi oleh
pengalaman masa lampau dan sikap seseorang dari individu. Dan biasanya persepsi
ini hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak bagi orang lain. Selain itu
juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup dapat berubah sesuai dengan
perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan, dan sikap dari seseorang baik
laki-laki maupun perempuan.[1]
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan
dengan hubungan kepada kejahatan,
segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan merupakan topik yang luas termasuk keamanan
nasional terhadap serangan teroris, keamanan
computer terhadap hacker atau cracker,
keamanan rumah terhadap maling dan penyelusup lainnya, keamanan finansial
terhadap kehancuran ekonomi dan banyak situasi berhubungan lainnya. Jenis
keamanan ada beberapa macam, seperti keamanan
fisik,
keamanan informasi, keamanan komputer, keamanan
finansial.
Dalam upaya mencapai tujuan
penelitian, yakni mengetahui penilaian mahasiswa terhadap keamanan di Kampus II
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, penulis menggunakan metode
kuantitatif. Sumber data yang akan digunakan adalah mahasiswa Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang yang ada di kampus II dengan jumlah responden yang
akan digunakan sebagai sumber data adalah 30 orang.
Data akan dikumpulkan dengan
penyebaran angket. Adapun analisis data yang digunakan adalah dengan cara
analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisis
data dengan cara mendeskripsikan data sebagaimana adanya.
Pada penelitian ini terdapat 5 indikator yaitu:
a. Fasilitas
1.
Sudah tersedianya rambu-rambu
peringatan di tempat parkir
2.
Fasilitas CCTV sudah membantu untuk melacak kasus pencurian
3.
Lingkungan parkir sudah aman
4.
Keamanan kampus sudah memuaskan
b. Fungsi
1.
Kinerja satpam sudah
bagus
2.
Kurang adanya patroli
dari pihak keamanan
3.
Keperdulian petugas
keamanan terhadap masalah keamanan kampus sudah bagus
c. Jumlah
1.
Jumlah petugas satpam
sudah mencukupi
2.
Jumlah CCTV di kampus
sudah mencukupi
d. Penanganan
1.
Cara penanganan setelah
terjadi pencurian sudah efektif
2.
Petugas keamanan sudah
sigap dalam menangani kasus pencurian
3.
Peraturan keamanan di
kampus sudah efisien
e. Faktor
1.
Akses masuk yang mudah
menjadi factor lemahnya keamanan kampus
2.
Mahasiswa lalai dalam
menjaga barang-barangnya
3.
Kurangnya kesadaran
mahasiswa dalam memperhatikan keamanan kampus
Mahasiswa
FITK 53% kurang puas dengan tersedianya rambu-rambu peringatan yang ada di
tempat parkir. Hal ini dibuktikan dengan 16 dari 30 responden memilih opsi
kurang setuju pada angket. Mereka juga tidak puas dengan fasilitas CCTV yangs
eharusnya membantu untuk melacak kasus pencurian. Selain itu, mereka juga
kurang puas dengan lingkungan parkir yang seharusnya aman. Ini menunjukkan
bahwa menurut 73% dari 30 responden menyatakan bahwa keamanan kampus belum
memuaskan.
Sekitar 50 % mahasiswa FITK setuju jika
kinerja dari satpam sudah bagus. Dan 73% juga setuju jika kurang adanya patrol
dari pihak keamanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 43% responden
kurang setuju jika petugas keamanan sudah perduli terhadap masalah keamanan di
kampus.
Jumlah petugas satpam sudah mencukupi, ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 50% dari responden
setuju dengan hal ini. Namun untuk jumlah CCTV yang ada di kampus belum
mencukupi, karena sekitar 60% dari responden kurang setuju dengan hal tersebut.
Untuk masalah penanganan setelah terjadi
pencurian, menurut 60% responden menyatakan kurang memuaskan. Dan 70% dari 30
responden juga menyatakan bahwa petugas keamanan belum sigap dalam menangani
kasus pencurian yang ada di kampus. Kemudian sekitar 60% dari 30 responden
menyatakan jika peraturan keamanan di kampus belum efisien.
Menurut
para responden, 57% setuju bahwa akses masuk yang mudah menjadi factor lemahnya
keamanan kampus. Kemudian 73% responden setuju bahwa dengan akses masuk yang
mudah menyebabkan mahasiswa lalai dalam menjaga barang-barangnya. Tidak menutup
kemungkinan juga, kurangnya kesadaran dari mahasiswa dalam memperhatikan
keamanan kampus juga mengakibatkan lemahnya keamanan di kampus. Hal ini di
buktikan dengan 73% responden setuju
dengan pernyataan tersebut.
Gagasan:
Melihat dari beberapa faktor penyebab lemahnya
keamanan kampus untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya tindakan kriminal.
Sebaiknya pihak kampus melakukan perbaikan terhadap sarana prasarana yang ada
di lingkungan kampus, diantaranya pengadaan CCTV disertai dengan tenaga
teknisnya, menambah penerangan, serta pengaturan tata letak parkir serta
menambah peranan satuan pengaman dan juga perlengkapan tugas, lebih diperketat
merupakan salah satu upaya untuk menangani permasalahan yang ada di lingkungan
kampus.
Perlu juga dibuat parkiran yang terintegrasi
dengan teknologi. Karena jika hanya mengandalkan menggunakan satpam, tidak
dapat kita pungkiri pasti akan sering terjadi human error, kemudian kemampuan kemampuan jelajah pengawasan
manusia secara manual sangat terbatas maka perlu dibantu dengan menggunakan
teknologi yang tepat adalah dengan menggunakan speedy monitoring untuk pengawasan secara berkala dengan jangkauan
yang lebih luas.
Sebagai kesimpulan, beberapa mahasiswa di UIN
Walisongo Semarang terutama mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
merasa kurang puas terhadap sistem keamanan yang ada di lingkungan kampus
mereka. Ada beberapa mahasiswa mengeluhkan tentang barang mereka yang hilang,
seperti halnya kehilangan helm, laptop, tas beserta isinya.
[1] http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-pengertian-proses-faktor-persepsi.html.
Diakses pada hari Jumat,
16
Desember 2016 pada pukul 13.57 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar